Tuesday, May 11, 2004

Tujuan Agama

Om Swastyastu,
Saya masih percaya, tujuan kita semua adalah sama. Mencapai kebahagian mutlak, bersatu dg kebahagiaan total: Tuhan, di dunia ataupun di alam setelah kematian (Moksha rtham Jagat hita ya Ca iti Dharmah). Hanya cara dan jalannya yg berbeda, ada yg berkelok2, terseok2, dan ada jg yg lurus bak di jalan tol.

Swami Vivekananda,mengatakan: "sebagaimana sungai2 memiliki sumber2 yg berbeda letaknya, namun semua airnya berbaur mjd satu di laut, demikian pula, Oh Tuhan, jalan2 yg berbeda yg ditempuh oleh manusia mll keinginan yg berbeda, walaupun nampak beragam, berkelok atau lurus, semua menuju kepadaMu jua" (Percik pemikiran Swami Vivekananda, Nyoman S.Pendit).
M.K Gandhi, mengatakan: Agama-agama merupakan berbagai jalan yg bertemu pd satu titik yg sama. Apa yg menjadi masalah bila kita mengambil jalan yg berbeda sepanjang kita mencapai tujuan yg sama? Dalam kenyataan jumlah agama adl. sebanyak jumlah manusia yg ada di dunia (Tuhanku,M.K. Gandhi).

Al-Hallaj, seorang tokoh Sufi (Tasawuf)mempelopori paham Wahdah al-Adyan Kesatuan Agama-agama). Menurutnya, semua agama yg ada ini pada hakikatnya satu, krn semua mpy tujuan yg sama, yaitu mengakui dan menyembah Tuhan. Nama agama berbagai macam, ada Islam, Kristen, Yahudi dll, semuanya adl. perbedaan nama, namun hakikatnya sama saja. Di kalangan Islam, Al-Hallaj dikenal krn mengatakan:ana al Haqq (Aku adalah Tuhan). Menurutnya, Allah mpy dua sifat dasar, yaitu sifat ketuhanan (lahut) dan sifat kemanusiaan (nasut). Demikian pula manusia, disamping mpy sifat kemanusiaan (nasut) jg memiliki sifat ketuhanan (lahut) dlm dirinya. Paham Al-Hallaj ini dpt dilihat dr tafsirannya mengenai kejadian Adam (Surat Al-Baqarah ayat 34): "Dan ingatlah ketika Kami berfirman kpd para malaikat:sujudlah kamu kpd Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur; dan ia termasuk golongan orang2 yg kafir" menurut Al-Hallaj, Allah memberikan perintah kpd malaikat utk sujud kpd Adam krn pd diri Adam, Allah menjelma sebagaimana Dia menjelma (hulul)dalam diri "Isa as.

Paham ini berpangkal dr sebuah hadits yg berpengaruh sangat besar atas kaum Sufi: "Sesungguhnya Allah menciptakan Adam sesuai dg bentuk-NYA". Agar manusia dpt bersatu, ia harus terlebih dahulu menghilangkan sifat2 kemanusiaan fana. Kalau sifat2 kemanusiaan telah hilang dan yg tinggal hanya sifat Ketuhanan dlm dirinya dan ketika itu ruh Tuhan dan ruh manusia bersatu dlm tubuh manusia.Al-Hallaj bersyair:

" Padu sudah ruh-Mu dg ruhku jd satu bagai khamar dan air bening terpadu satudan jika sesuatu menyentuh-Mu, tersentuhlah akukarena itu Kau, dalam segala hal, adalah aku.(Syair2 spt ini, dpt kita temui dlm puisi2 Jalaludin Rumi, Rabiah Al Adawiyah,dan para penyair Sufi)

Sayangnya,ulama fiqih dan penguasa Baghgad abad 9,tdk paham mengenai ajaran ini. Mansyur-Al Hallaj dihukum bunuh dg mula2 dipukul dan dicambuk dg cemeti, lalu disalib, sesudah itu dipotong kedua tangan dan kakinya, dipenggal lehernya dan ditinggalkan potongan tubuh itu di pintu gerbang kota Baghdad. Kemudian dibakar, dan abunya dihanyutkan ke sungai Dajlah.

Rabiàh Al Adawiyah, berucap: aku mengabdi kepada Tuhan bukan krn takut kpd neraka..bukan pula krn mendambakan surga..ttp aku mengabdi krn cintaku kpdNYA. Tuhanku, jika kupuja engkau krn takut kpd neraka, bakarlah aku di dalamnya; dan jika kupuja Engkau krn mengharap Surga, jauhkanlah aku dr padanya; ttp jika Engkau kupuja semata-mata krn cintaku padaMU, maka janganlah engkau sembunyikan kecantikanMU yg kekal dr diriku..Tuhanku, tenggelamkan aku dlm lautan cintaMU (syair favorit saya)

Jalaludin Rumi,bersenandung: "bukan dr Adam aku mengambil nasab,tp dr debu nan jauh disanajalan yg sunyi sepi tiada berujungaku lepaskan diriku dari tubuh dan nyawa,dan aku mulai menempuh hidup barudalam roh kecintaan abadi"..

sajaknya yg terkenal menyinggung kekekalan jiwa (Reinkarnasi) dan proses penyatuan:

"aku telah tumbuh berulang kali spt rumputaku telah mengalami tujuh ratus tujuh puluh acuanaku mati dari mineral menjelma tumbuhan, sayurandari tumbuhan aku mati dan menjadi satwaaku mati dr satwa mjd manusialalu mengapa aku takut kelenyapan melalui kematian?lain kali aku akan mati tumbuh sayap-sayap dan bulu2 spt bidadarisesudah itu membumbung ke atas lebih tinggi drpd bidadariapa yg tak dpt kau bayangkan. Aku akan mjd itu..

(kutipan tokoh Sufi dr buku2:Ajaran dan teladan Para Sufi,Tokoh2 Sufi Tauladan Kehidupan yang saleh oleh penerbit PT Raja Grafindo Persada)

Kisah dr tokoh2 agama diatas, dlm pemahaman saya yg sangat awam memberikan kesejukan. Dalam kehidupan sehari2 kita semua berbeda dlm menjalankan agama. Semua agama memiliki keyakinan dan dogma2 yg berbeda, rentan mengakibatkan perang. Ttp saya masih percaya, ada persamaan2 dibalik semua perbedaan itu. Semua mencari Kebenaran. Dalam benang kusut kemampuan, pikiran dan keyakinan. Mungkin, ratusan tahun..ribuan, dlm puluhan kehidupan?? saya tdk tahu. Kebenaran adl. Tuhan. Adakah yg sudah menemukan kebenaran sejati? sebagaimana juga kebahagiaan yg akan berbeda bagi setiap orang. Bagi seorang pengemis, seorang pelacur, seorang Guru, seorang seniman, seorang Brahmana, seekor babi, bunga mawar, adakah yg tahu kebahagian sejati? ketika seorang penghayat Tuhan, mengatakan: Aham brahmasmi? Kebenaran akan berarti beda di tangan seorang Hambali, Pastur, AA Gym, pencopet, Swami, anak TK..

Sayangnya, apa yg kita pikir/harapkan berbeda dg realita. Kehidupan mjd kekecewaan. Tafsiran atas makna kitab suci berbeda, orang2 berbeda scr turun temurun menyebarluaskan perbedaan ini. Hingga sampai hari ini, kita masih sll berbeda. Agama akan sll berbeda bg setiap orang, mengikuti pikiran dan keyakinannya.

Perbedaan adl. realitas. Dogma Islam ttg dosa asal,berbeda dg Hukum Karma. Yesus, satu2nya Anak Tuhan oleh Kristen, berbeda dg manunggaling kawula-gusti. Semuanya itu adl. tafsir yg umum kita ketahui dan yakini. Ttp apakah tafsir itu adl.kebenaran ? bukankah para penafsir adl.manusia?

Al-Hallaj percaya ia manunggal dg Tuhan, dlm Hindu ia mungkin dianggap orang suci atau paling apes "anak nakal" spt Budha yg tdk mengakui otoritas Weda. Nasib yg berbeda ia dapatkan krn penafsiran agama oleh orang2 yg berbeda, tp kini sebagian orang (gak byk sih:))Islam mulai sadar dan menganggap ia orang suci. Nasib yg hampir sama dijumpai pd kehidupan Yesus, anak manusia. Siapakah yg menentukan Kebenaran? Kebahagiaan? dimanakah Kebenaran? dimanakah Kebahagiaan?

Saya percaya meski kita berbeda, hukum sebab akibat (Karma) akan menempa hidup manusia. Terlepas ia percaya atau tdk. Hukum Karma pd akhirnya akan membawa umat manusia manunggal dg Tuhan, mll berbagai jalannya; perang, dan air mata akan membuahkan kesadaran pd akhirnya. Ini adalah kebenaran tertinggi.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home

Google