Mengapa pindah agama?
Bulan ini [ Mei 2007] agak geram saya membaca di salah satu media Hindu, ketua Pimpinan Daerah Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PD KMHDI) dicap sontoloyo, bahkan lebih jauh sistem kaderisasi organisasi ini dikatakan kurang mengajarkan nilai-nilai agama, alasannya cuma satu, karena sang ketua pindah agama. Bapak tersebut yang menulis di surat pembaca, tidak tahu, atau sengaja menutup mata bahwa sebelum pindah agama Awang (nama samaran) telah dilengserkan oleh pengurus KMHDI setempat.
Bagi kebanyakan orang agama adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Given, dari orang tua. Ketika beranjak remaja, lingkungan sosial ekonomis mulai ikut campur dengan masalah personal ini. Sebagian tetap bertahan menjadi Hindu, sebagian lainnya berubah keyakinan. Ada beberapa hal yang biasanya menjadi penyebab:
1. Pemahaman Hindu lemah
2. Alasan ekonomi
3. Pengaruh pacar/pasangan
4. Kesamen
5. Pengaruh keluarga
Baiknya kita diskusikan satu-satu, jika anda merasa kurang silakan menambahkan.
Pemahaman Hindu lemah
Tak seorangpun yang ingin dikatakan pemahamannya terhadap sesuatu lemah. Saya juga tidak bertendensi untuk memberi ceramah agama, karena ini bukan keahlian saya. Mungkin jawaban anda atas beberapa pertanyaan-pertanyaan berikut bisa menjadi alat ukur, pemahaman kita tentang Hindu.
1. Apakah anda meyakini Panca Sradha?
2. Apakah anda sembahyang ?
3. Apa tujuan hidup anda?
Orang non Hindu tidak akan percaya dengan Karmaphala, terlebih dengan penjelasan bahwa akibat dari sebab dapat pula diterima pada kehidupan mendatang. Non Hindu tidak akan percaya dengan Reinkarnasi, karena mereka tidak percaya Karmaphala. Karena kehidupan orang non Hindu hanya sekali, setelah itu bertemu di surga, atau neraka. Tujuan hidup non Hindu adalah surga, beberapa malah menginginkan kawin dengan bidadari abadi disana. Sedangkan menurut Hindu, surga hanyalah target antara sebelum mencapai Moksha. Orang non Hindu tidak akan percaya manusia dapat menyatu dengan Tuhan, Sang Pencipta. Orang non Hindu hanya ingin meninggal berada di sisi-NYA.
Tentunya paham saja tidak cukup. Beragama Hindu juga harus dimulai dengan sembahyang, yang bedanya selain Tuhan kita juga diijinkan untuk mendoakan leluhur, tumbuh-tumbuhan, dan seisi alam. Melakukan ini semua anda mungkin dikatakan tidak beriman oleh umat non Hindu, karena menduakan Tuhan. Tuhan yang pencemburu.
Alasan ekonomi
Sebagian dari umat ada yang kurang beruntung dalam hal ekonomi. Ditambah dengan pemahaman Hindu yang lemah dan anggapan semua agama sama saja dengan mudah mereka pindah agama. Belum lagi dengan kedatangan missionaris/syiar agama lain, dengan dalih bantuan ekonomi proselitasi sering terjadi. Perlu uluran tangan dan kerjasama yang baik sesama pemeluk Hindu untuk mengentaskan kantong-kantong kemiskinan ini. Jika tidak, jangan salahkan mereka berpindah keyakinan. Karena mungkin isi perut untuk hidup lebih penting dari sekedar ceramah agama.
Pengaruh pacar / pasangan
Tidak bisa dipungkiri, kita tidak bisa hidup sendiri. Sebagian besar dari kita akan hidup berumah tangga. Mencari pacar / pasangan hidup di jaman sekarang susah-susah gampang. Wajah ganteng, cantik, kaya, bertitel bukanlah jaminan. Bagi yang tinggal di luar Bali, urusan pilih memilih pasangan ini menjadi sedikit lebih susah. Sebagian besar pasti telah mengalami masa berpacaran dengan non Hindu ketika remaja. Ketika beranjak dewasa, disaat perbincangan sudah mulai intens kearah tujuan bersama, maka pengaruh pasangan sangat menentukan untuk tetap menjadi Hindu. Ini memang keputusan individu. Tetapi bagi anda yang memiliki keluarga, ataupun teman yang bermasalah dengan ini seyogyanya juga ikut membantu.
Kesamen
Jika bekal ilmu dan pemahaman agama kita cukup, dengan mudah kita dapat menjawab berbagai pertanyaan lintas agama. Tetapi jika sebaliknya, berhati-hatilah. Bisa jadi sikap emosional yang muncul atau penjelasan spiritual yang berlebihan dengan roh-roh, tentang upacara yang rumit dsbnya. Alih-alih mereka paham, malah kita dicap aneh. Sebagian dari kita menyerah dengan pertanyan-pertanyaan kritis tentang Hindu, kemudian mulai mencari kesamaan diantara agama-agama. Menganggap semua agama sama saja.
Mungkin hanya umat Hindu yang dengan naifnya mengatakan semua agama sama saja. Karena agama-agama Abrahamik tahu dan percaya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, seperti kewajiban umat Kristen untuk menyebarluaskan Injil, jika perlu mengkonversikan agama mereka.
Tujuan dari masing-masing agama tidak sama. Surga orang Islam, surga orang Kristen berbeda dengan Moksha, tujuan akhir umat Hindu. Di sisi lain pengakuan kesamen hanya akan merugikan umat Hindu, karena memudahkan proselitasi / konversi agama. Jika ada yang masih percaya bahwa semua agama sama saja, coba anda minta kawan atau kekasih anda [non Hindu] meyakini Panca Sradha. Apa mereka mau? Jika tidak, kesamen too good tobe true.
Pengaruh keluarga
Hal yang seringkali terjadi pada keluarga, dimana ibu atau ayahnya sebelum menikah beragama non Hindu. Jika orang tua pandai memberi tauladan dan pendidikan agama pindah agama jarang terjadi. Yang sering terjadi jika sebaliknya, sehingga pihak keluarga yang non Hindu mulai menarik-narik keyakinan untuk pindah agama, kembali menjadi non Hindu. Untuk kasus begini saya punya nasihat sedikit, coba ingatkan mereka bahwa Hindu agama tertua di Indonesia. Dengan kata lain, dimanapun anda berada meski di luar negeri sekalipun Hindu juga agama pertama di dunia. Leluhur-leluhur kita dan mereka sebelumnya beragama Hindu, jadi kalau ingin kembali ke agama sebelumnya, agama Hindu adalah yang paling awal.
Sebagian besar proselitasi / pindah agama terjadi karena pemahaman agama yang kurang (internal). Sebagian kecil lainnya karena unsur paksaan (eksternal). Mengapa hanya ingin diterima di sisi NYA jika dengan menjadi Hindu anda bisa menyatu dengan Tuhan?
Dan peran organisasi Hindu adalah membantu teman-teman yang kesulitan dalam memilih keyakinan, seperti kasus si Awang diatas. Materi Panca Sradha dan pengenalan Weda pada saat Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) KMHDI harus dilanjutkan dengan Dharma Tula, dan realisasinya dalam kehidupan nyata.
Satyam eva jayate!
Bagi kebanyakan orang agama adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Given, dari orang tua. Ketika beranjak remaja, lingkungan sosial ekonomis mulai ikut campur dengan masalah personal ini. Sebagian tetap bertahan menjadi Hindu, sebagian lainnya berubah keyakinan. Ada beberapa hal yang biasanya menjadi penyebab:
1. Pemahaman Hindu lemah
2. Alasan ekonomi
3. Pengaruh pacar/pasangan
4. Kesamen
5. Pengaruh keluarga
Baiknya kita diskusikan satu-satu, jika anda merasa kurang silakan menambahkan.
Pemahaman Hindu lemah
Tak seorangpun yang ingin dikatakan pemahamannya terhadap sesuatu lemah. Saya juga tidak bertendensi untuk memberi ceramah agama, karena ini bukan keahlian saya. Mungkin jawaban anda atas beberapa pertanyaan-pertanyaan berikut bisa menjadi alat ukur, pemahaman kita tentang Hindu.
1. Apakah anda meyakini Panca Sradha?
2. Apakah anda sembahyang ?
3. Apa tujuan hidup anda?
Orang non Hindu tidak akan percaya dengan Karmaphala, terlebih dengan penjelasan bahwa akibat dari sebab dapat pula diterima pada kehidupan mendatang. Non Hindu tidak akan percaya dengan Reinkarnasi, karena mereka tidak percaya Karmaphala. Karena kehidupan orang non Hindu hanya sekali, setelah itu bertemu di surga, atau neraka. Tujuan hidup non Hindu adalah surga, beberapa malah menginginkan kawin dengan bidadari abadi disana. Sedangkan menurut Hindu, surga hanyalah target antara sebelum mencapai Moksha. Orang non Hindu tidak akan percaya manusia dapat menyatu dengan Tuhan, Sang Pencipta. Orang non Hindu hanya ingin meninggal berada di sisi-NYA.
Tentunya paham saja tidak cukup. Beragama Hindu juga harus dimulai dengan sembahyang, yang bedanya selain Tuhan kita juga diijinkan untuk mendoakan leluhur, tumbuh-tumbuhan, dan seisi alam. Melakukan ini semua anda mungkin dikatakan tidak beriman oleh umat non Hindu, karena menduakan Tuhan. Tuhan yang pencemburu.
Alasan ekonomi
Sebagian dari umat ada yang kurang beruntung dalam hal ekonomi. Ditambah dengan pemahaman Hindu yang lemah dan anggapan semua agama sama saja dengan mudah mereka pindah agama. Belum lagi dengan kedatangan missionaris/syiar agama lain, dengan dalih bantuan ekonomi proselitasi sering terjadi. Perlu uluran tangan dan kerjasama yang baik sesama pemeluk Hindu untuk mengentaskan kantong-kantong kemiskinan ini. Jika tidak, jangan salahkan mereka berpindah keyakinan. Karena mungkin isi perut untuk hidup lebih penting dari sekedar ceramah agama.
Pengaruh pacar / pasangan
Tidak bisa dipungkiri, kita tidak bisa hidup sendiri. Sebagian besar dari kita akan hidup berumah tangga. Mencari pacar / pasangan hidup di jaman sekarang susah-susah gampang. Wajah ganteng, cantik, kaya, bertitel bukanlah jaminan. Bagi yang tinggal di luar Bali, urusan pilih memilih pasangan ini menjadi sedikit lebih susah. Sebagian besar pasti telah mengalami masa berpacaran dengan non Hindu ketika remaja. Ketika beranjak dewasa, disaat perbincangan sudah mulai intens kearah tujuan bersama, maka pengaruh pasangan sangat menentukan untuk tetap menjadi Hindu. Ini memang keputusan individu. Tetapi bagi anda yang memiliki keluarga, ataupun teman yang bermasalah dengan ini seyogyanya juga ikut membantu.
Kesamen
Jika bekal ilmu dan pemahaman agama kita cukup, dengan mudah kita dapat menjawab berbagai pertanyaan lintas agama. Tetapi jika sebaliknya, berhati-hatilah. Bisa jadi sikap emosional yang muncul atau penjelasan spiritual yang berlebihan dengan roh-roh, tentang upacara yang rumit dsbnya. Alih-alih mereka paham, malah kita dicap aneh. Sebagian dari kita menyerah dengan pertanyan-pertanyaan kritis tentang Hindu, kemudian mulai mencari kesamaan diantara agama-agama. Menganggap semua agama sama saja.
Mungkin hanya umat Hindu yang dengan naifnya mengatakan semua agama sama saja. Karena agama-agama Abrahamik tahu dan percaya bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar, seperti kewajiban umat Kristen untuk menyebarluaskan Injil, jika perlu mengkonversikan agama mereka.
Tujuan dari masing-masing agama tidak sama. Surga orang Islam, surga orang Kristen berbeda dengan Moksha, tujuan akhir umat Hindu. Di sisi lain pengakuan kesamen hanya akan merugikan umat Hindu, karena memudahkan proselitasi / konversi agama. Jika ada yang masih percaya bahwa semua agama sama saja, coba anda minta kawan atau kekasih anda [non Hindu] meyakini Panca Sradha. Apa mereka mau? Jika tidak, kesamen too good tobe true.
Pengaruh keluarga
Hal yang seringkali terjadi pada keluarga, dimana ibu atau ayahnya sebelum menikah beragama non Hindu. Jika orang tua pandai memberi tauladan dan pendidikan agama pindah agama jarang terjadi. Yang sering terjadi jika sebaliknya, sehingga pihak keluarga yang non Hindu mulai menarik-narik keyakinan untuk pindah agama, kembali menjadi non Hindu. Untuk kasus begini saya punya nasihat sedikit, coba ingatkan mereka bahwa Hindu agama tertua di Indonesia. Dengan kata lain, dimanapun anda berada meski di luar negeri sekalipun Hindu juga agama pertama di dunia. Leluhur-leluhur kita dan mereka sebelumnya beragama Hindu, jadi kalau ingin kembali ke agama sebelumnya, agama Hindu adalah yang paling awal.
Sebagian besar proselitasi / pindah agama terjadi karena pemahaman agama yang kurang (internal). Sebagian kecil lainnya karena unsur paksaan (eksternal). Mengapa hanya ingin diterima di sisi NYA jika dengan menjadi Hindu anda bisa menyatu dengan Tuhan?
Dan peran organisasi Hindu adalah membantu teman-teman yang kesulitan dalam memilih keyakinan, seperti kasus si Awang diatas. Materi Panca Sradha dan pengenalan Weda pada saat Masa Penerimaan Anggota Baru (MPAB) KMHDI harus dilanjutkan dengan Dharma Tula, dan realisasinya dalam kehidupan nyata.
Satyam eva jayate!
Labels: Hindu, Opini, Organisasi
2 Comments:
Om Swastyastu
Saya sengaja menulis judul komentar secara sarkastik. Hal itu untuk memancing komentar teman-teman Hindu. Baguslah, anda sudah menanggapi hal itu. Dengan begitu, ini akan menjadi satu dari sekian file-file yang berfungsi sebagai pemantik kesadaran akan kadar sradha generasi Hindu. Namaste. pageparadev@yahoo.com
Saya tidak menutup mata atau pura-pura tidak tahu tentang kronologi pelengseran itu. Bagi saya, dilengserkan sesudah mengucapkan dua kalimat syahadat atau sebelum itu, sama saja. Sama sontoloyonya. Tidak ada yang meringankan aib yang di tubuh KMHDI, khususnya PD KMHDI Sultra. Terima kasih. (Page Paradev)
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home